Senin, 12 Maret 2012

Mengenal Golongan Obat Gangguan Pencernaan


SAKIT maag pasti sudah tak asing terdengar, setiap orang sesekali merasakan tidak enak karena gangguan pencernaan yang juga dinamakan dispepsia atau meningkatnya produksi asam lambung.
Penyebab salahsatunya diet yang tidak ada perhitungan –banyak  dilakukan para wanita–  juga terkadang menimbulkan gangguan pencernaan.
Gejalanya meliputi  nyeri ulu hati, lambung asam, kejang, mual dan pengeluaran gas yang berlebihan.
Gejala- gejala ini dapat juga dikarenakan produksi asam lambung yang berlebih, kuman Helicobacter pylori, obat sakit kepala, anti nyeri sendi (analgesik), jamu jawa, jamu sinshe semuanya menjadi faktor perusak lambung.
Faktor perusak lain adalah rokok yang mampu menurunkan jumlah aliran darah ke lambung dan menghambat pengosongan lambung serta memperlama penyembuhan tukak lambung.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindarkan serangan tukak lambung antara lain dengan cara mengubah pola hidup (kurangi kecemasan, lebih santai) , kurangi konsumsi rokok, mengurangi obat anti sakit, jamu, ramuan sinshe (minumlah jika diperlukan saja, jangan rutin), makanlah dengan cara yang benar (mengunyah lebih lama dan dalam keadaan tenang).
Perokok mempunyai resiko 2x lebih besar meningkatkan asam lambung bahkan resiko tukak lambung/duodenal.
Bila ada gejala dispepsia/gangguan pencernaan ada beberapa jenis obat yang dapat mengurangi dan memperbaiki keluhan tsb, antara lain :
1. Golongan obat antasida dan proton.
Obat golongan ini berupa basa lemah, contoh nya Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida(Antasida). Hampir obat golongan ini tidak diabsorpsi di usus sehingga tidak menimbulkan sifat basa di usus.
Dan ada obat yang menghambat pompa proton, contohnya Omeprazol, Lansoprazol dan Pantoprazol.
Omeprazol digunakan terhadap tukak saluran cerna yang parah dengan menekan sekresi asam lambung melalui mekanisme yang sangat selektif.
Golongan ini harus digunakan hati-hati  pada pasien dengan penyakit hati, kehamilan dan menyusui.
Interaksi obat : Warfarin, fenitoin, diazepam, yang akan mengganggu proses penyerapan.
2. Golongan antagonis reseptor H2.
Cara kerjanya menekan pembebasan asam yang diproduksi oleh gastrin, menghambat sekresi asam basa dan sekresi asam yang distimulsi oleh histamin.
Mengkonsumsi obt golongan ini dapat meringankan  gangguan pencernaan akibat obat2an gol AINS/Analgesik.
Contoh obat golongan antagonis reseptor H2 yaitu Cimetidine, Famotidine dan Ranitidin.
3. Golongan yang meningkatkan pertahanan mukosa.
Cara  kerjanya pada saat terpapar asam lambung, sukralfat akan membentuk lapisan yang melindungi luka/tukak.
Sukralfat membentuk ikatan dengan protein seperti albumin, fibrinogen yang dapat melindungi tukak terhadap asam.
Sukralfat dapat menyebabkan konstipasi/susah BAB. Contohnya : Ulcogant, Ulsidex.
Interaksi obat : menurunkan bioavailabilitas/kerja obat dari fenitoin, digoksin, teofilin, amitriptilin, warfarin dan ketokonzol.
Pasien yang sudah beberapa kali pernah mengalami gejala dispepsia/gangguan pencernaan cenderung untuk membeli obat-obat golongan antasida secara bebas.
Namun bagi pasien yang belum pernah mengalami gejala tersebut, merasa cemas dan risau terhadap sakit yang dideritanya, akan mendorong pasien untuk memeriksakan diri ke dokter. Sehingga obat yang diperoleh pun  berdasarkan  resep dokter.
Menurut penelitian, persentase penderita sakit yang melakukan pengobatan sendiri cukup besar. Sebenarnya, selain menggunakan obat-obat dari golongan “Obat Bebas” dan golongan “Obat Bebas Terbatas” yang dijual bebas, dalam meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melakukan pengobatan sendiri.
Menteri Kesehatan telah menetapkan beberapa obat dari golongan “Obat Keras” yang dapat diperoleh tanpa resep dokter langsung dari apoteker di apotek yang masuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar